Kami Merias Diri di Tengah Reruntuhan : Estetika Perlawanan Perempuan Gen Z (sumber gambar: alibaba reads)

Kami Merias Diri di Tengah Reruntuhan : Estetika Perlawanan Perempuan Gen Z

Kita semua tahu dunia ini tidak mudah. Krisis iklim makin nyata, ketidakpastian ekonomi menghantui, dan dinamika sosial berubah cepat di era digital yang semakin canggih. Tapi coba lihat perempuan Gen Z hari ini—mereka bukan hanya beradaptasi, tapi juga menemukan cara unik untuk bertahan: merias diri di tengah kerusakan dunia. Ini bukan sekadar soal penampilan, tapi bentuk perlawanan dan cara membangun identitas yang autentik di zaman yang penuh ketidakpastian.

Di 2025, tren kecantikan tak lagi hanya soal produk glamor mahal. Gen Z justru menggabungkan estetika dengan aktivisme, kesehatan mental, dan teknologi digital. Mereka merayakan ketidaksempurnaan dan berani tampil beda, menggunakan makeup sebagai bahasa ekspresi yang menghubungkan emosi dan cerita personal.

Merias Diri: Ritual dan Ekspresi Diri di Era Post-Pandemi

Makeup, fashion, dan grooming kini jadi ritual harian yang punya makna lebih dalam bagi perempuan Gen Z. Mereka bukan sekadar ingin tampil cantik, tapi ingin menunjukkan siapa mereka—termasuk luka, perjuangan, dan harapan mereka. Sebuah eyeliner tegas bukan hanya alat kecantikan, melainkan simbol kontrol di tengah dunia yang tak pasti.

Menurut studi terbaru dari The Journal of Digital Culture (2024), perempuan Gen Z menggunakan estetika sebagai bentuk self-sovereignty—kebebasan mengendalikan diri sendiri. Di tengah algoritma media sosial yang kadang menekan, makeup dan fashion menjadi cara mereka melindungi ruang pribadi sekaligus mengekspresikan identitas unik.

Hidup di Dunia yang Rawan: Realita dan Cara Baru Bertahan

Pandemi global yang sudah berlalu membawa dampak panjang, terutama pada kesejahteraan mental. Perempuan Gen Z tak menutup mata pada masalah ini. Sebaliknya, mereka menggabungkan kesadaran akan kesehatan mental dengan ritual kecantikan mereka. Konten seperti skin positivity, mental health check-ins, dan DIY beauty therapy semakin populer di platform seperti TikTok dan BeReal.

Baca juga:  Rujak Sehat ala Gen Z, Camilan Segar yang Bikin Nagih

Mereka sadar, dunia tidak akan tiba-tiba membaik. Jadi, yang bisa dilakukan adalah menemukan keseimbangan antara menerima realita keras dan tetap merawat diri dengan penuh kasih sayang. Proses merias diri pun jadi momen mindfulness yang memberi ruang untuk bernafas dan berani menghadapi hari.

Keindahan Sebagai Bentuk Perlawanan dan Penyembuhan

2025 menjadi tahun di mana kecantikan tak lagi sekadar penampilan luar, melainkan bagian dari healing journey. Aktivis dan kreator seperti Emma Vee dan Jayla Park mempopulerkan konsep beauty with purpose—kecantikan yang menyuarakan perubahan sosial dan menolak standar lama yang mengekang.

Lipstik merah, glitter lembut, hingga aksesoris daur ulang bukan cuma estetika — mereka adalah bentuk perlawanan terhadap dunia yang sering kali menuntut perempuan untuk tunduk pada norma. Keindahan di sini adalah pilihan sadar untuk tetap percaya pada harapan dan kekuatan diri, walau dunia sedang bergejolak.

Dari Gaya ke Etika: Kecantikan Berkelanjutan dan Kesadaran Sosial

Perempuan Gen Z saat ini sangat kritis soal apa yang mereka pakai dan konsumsi. Mereka mendukung produk yang berkelanjutan, cruelty-free, dan memprioritaskan kesejahteraan mental serta sosial. Merek yang sukses di kalangan ini adalah yang transparan soal proses produksi dan peduli pada isu-isu sosial.

Perempuan muda sekarang tidak hanya membeli kosmetik, tapi juga membeli cerita dan nilai. Misalnya, brand yang memproduksi makeup vegan dan menggunakan kemasan biodegradable mendapat tempat spesial. Ini menunjukkan bahwa estetika dan etika bisa berjalan beriringan, menciptakan tren kecantikan yang bukan hanya menarik tapi juga bermakna.

Kesimpulan: Merias Diri, Merawat Jiwa dan Dunia

“Kami tahu dunia rusak, tapi tetap belajar merias diri di tengah reruntuhan” bukan hanya sebuah frasa romantis, melainkan refleksi hidup perempuan Gen Z saat ini

Baca juga:  Perempuan Lajang bukanlah Anomali

. Mereka bukan generasi yang pasif, tapi aktif mencari cara untuk hidup dengan penuh arti, bahkan ketika dunia terasa kacau.

Dengan merawat diri—baik secara fisik maupun mental—mereka menciptakan ruang aman di tengah ketidakpastian. Di balik setiap goresan lipstik dan sapuan foundation, ada kekuatan, keberanian, dan harapan yang tumbuh. Ini adalah seni bertahan hidup sekaligus membangun masa depan yang lebih manusiawi dan penuh warna.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top