Ibu-ibu dari berbagai latar belakang gelar aksi keprihatinan di Bundaran Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada Jumat (26/9/2025) sore. Aksi yang diinisiasi oleh Suara Ibu Indonesia ini menyoroti maraknya kasus keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG). Para ibu menuntut pertanggungjawaban pemerintah sekaligus mendesak agar program MBG dihentikan dan dievaluasi total.
Ibu-Ibu Gelar Aksi, Simbolik Pukul Panci
Sumber: Instagram/@kalis.mardiasih
Pada aksi tersebut, para ibu membawa panci, centong, dan berbagai peralatan dapur lain untuk dipukul secara serentak. Dentuman logam itu menjadi simbol suara keprihatinan atas ribuan siswa yang keracunan setelah mengonsumsi menu MBG. Mereka juga membentangkan poster dengan berbagai tulisan kritis, seperti “Hentikan MBG”, “MBG: Makan Beracun Gratis”, “6.618 Bukan Sekadar Angka”, hingga “Kembalikan Daulat Pangan ke Dapur Ibu”.
Dilansir dari Kompas.id, Kalis Mardiasih—pegiat Suara Ibu Indonesia—menyebutkan aksi yang digelar oleh ibu-ibu ini melibatkan ibu rumah tangga, akademisi, seniman, advokat, hingga pekerja dari berbagai profesi. “Kami menyuarakan agar program prioritas Makan Bergizi Gratis dihentikan sekarang juga dan dilakukan evaluasi total,” ujarnya.
Kalis menolak pandangan pemerintah yang menyebut perbaikan bisa dilakukan sambil berjalan. “Tidak bisa seperti itu, karena artinya kita menoleransi munculnya kasus baru setiap hari,” tegasnya.
Ribuan Siswa Jadi Korban Keracunan
Sumber: Instagram/@kalis.mardiasih
Sejak digulirkan, program MBG menuai kritik karena menimbulkan banyak kasus keracunan di sejumlah daerah. Data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) dan Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) mencatat lebih dari 6.500 s.d. 8.000 korban keracunan.
Di Kabupaten Bandung Barat, Kasus Luar Biasa (KLB) terjadi ketika ratusan siswa mual, muntah, dan lemas usai menyantap menu MBG. Kejadian ini memperkuat desakan agar pemerintah segera menghentikan program tersebut.
Dilansir dari Kompas.id, Kalis menyebutkan bahwa anak-anak datang ke sekolah dalam keadaan sehat, tiba-tiba keracunan.
“Kasus-kasus itu bukan sekadar angka. Itu adalah anak-anak yang berangkat sekolah dalam keadaan sehat, lalu tiba-tiba keracunan. Bagaimana jika mereka punya komorbid atau kondisi rentan lain?” kata Kalis.
Tuntutan Aksi Ibu-Ibu
Sumber: Instagram/@kalis.mardiasih
Dilansir dari pernyataan Suara Ibu Indonesia, aksi di Bundaran UGM menghasilkan sejumlah tuntutan penting.
- Hentikan program prioritas MBG yang sentralistik dan militeristik.
- Menuntut pertanggungjawaban kepada Presiden, Badan Gizi Nasional, Yayasan, SPPG, Dapur yang terlibat penyelenggaraan MBG yang menyebabkan ribuan kasus keracunan periode Januari–September 2025.
- Mendesak Badan Gizi Nasional untuk terbuka dan transparan dalam proses penelusuran ribuan kasus korban keracunan sesuai mandat UU Kesehatan dan berikan hak pemulihan kepada korban. Kasus keracunan tidak seharusnya diidentifikasi berdasarkan nama kota atau nama sekolah. Mereka adalah nama-nama anak manusia, milik berharga dari sebuah keluarga dan masa depan bangsa yang berhak pulih seutuhnya.
- Usut pemburu rente dalam program MBG yang dibiayai negara, yang dalam desain tata kelolanya sarat konflik kepentingan.
- Kembalikan peran pemenuhan gizi anak ke komunitas dan daerah
Masih dilansir dari Kompas.id, Wasingatu Zakiyah—advokat sekaligus peserta aksi—menegaskan pentingnya moratorium program MBG.
“Kalau memang layak, jalankan. Tapi kalau tidak, jangan sampai hanya karena janji politik kita korbankan anggaran dan anak-anak bangsa,” katanya.
Koalisi masyarakat sipil juga tengah mempertimbangkan langkah hukum berupa gugatan class action. Pihak yang akan digugat adalah pemerintah sebagai pengambil kebijakan tertinggi karena dinilai lalai mengantisipasi risiko.