Awas! Nggak Semua IF Cocok Buat Kamu, Loh! Yuk Cari yang Pas!

Intermittent fasting adalah metode diet berbentuk puasa yang bergantung pada kapan kamu makan dan berpuasa, bukan tentang apa yang kamu makan. Jadi, IF lebih fokus pada waktu makan dibanding jenis makanannya. Namun, ternyata nggak sembarangan jenis intermittent fasting bisa kamu coba!

Selain goals pribadi yang ingin dicapai, hal-hal pendukung seperti: gaya hidup, riwayat medis, tingkat kesulitan, hingga jadwal dan pola tidur juga harus dipertimbangkan. Apalagi kunci dari keberhasilan IF terletak di konsistensi jangka panjang. Oleh karena itu, sebaiknya tidak dilakukan secara asal-asalan kalau kamu nggak mau membuat hasil puasamu sia-sia.

Memangnya, bagaimana cara memilih intermittent fasting yang cocok? Dan apa aja jenis intermittent fasting yang mesti diketahui? Yuk, kita bahas!

1. 16/8

16/8 adalah metode intermittent fasting yang paling populer di sosial media dan paling ramah untuk individu yang belum pernah berpuasa. Sebab, IF 16/8 memperbolehkan kamu untuk makan apa pun selama 8 jam dan berpuasa selama 16 jam berikutnya. Waktu berpuasanya pun bisa ditentukan sendiri sesuai dengan yang kamu mau.

Namun, biasanya orang-orang memilih rentang waktu makan mulai pukul 9 pagi hingga 5 sore (tetap sarapan, tapi melewatkan makan malam), atau 12 siang hingga jam 8 malam (melewatkan sarapan, tapi tetap makan malam).   Selepas jam makan berakhir, kamu akan puasa makan dan hanya boleh minum air putih/kopi hitam tanpa gula hingga waktu yang sama keesokan harinya.

2. EAT-STOP-EAT (ESE)

ESE menjadi salah satu metode intermittent fasting yang tidak ramah bagi penderita asam lambung dan penderita gangguan tidur. Sebab, kamu akan puasa penuh selama 24 jam tanpa makan sama sekali dan hanya boleh minum minuman 0 kalori, seperti air putih dan kopi hitam.

Baca juga:  Catcalling: Pelecehan di Ruang Publik yang Sering Diabaikan

3. ALTERNATE DAY FASTING (ADF)

Puasa ini dikenal juga dengan sebutan “puasa selang-seling”, karena cara berpuasanya adalah dengan boleh makan dengan normal di hari pertama, tapi hanya boleh mengonsumsi 500 kalori di hari berikutnya.

Meski terlihat mudah dan berpotensi menurunkan berat badan dengan cepat, tapi jenis puasa ini tidak disarankan bagi pemula yang belum terbiasa berpuasa. Tanpa kontrol diri yang kuat, metode ADF berpotensi untuk menjadi pedang bermata dua, karena akan meledakkan hormon nafsu makan di hari ketiga (sehari setelah puasa pertama). Alih-alih makan secukupnya, kamu akan tersugesti untuk makan lebih banyak dan puasamu pun menjadi gagal.

4. WATER FASTING

Metode ini menjadi puasa ekstrim kedua setelah ESE. Seperti namanya, kamu hanya boleh mengonsumsi air putih saat puasa–tanpa makanan atau minuman berkalori lainnya sama sekali. Biasanya, durasinya adalah 24 jam dan dilakukan 1-2 kali seminggu.

Meski begitu, ada juga yang memperpanjang waktu puasa hingga 36 jam atau 48 jam—jadwal diet intermittent fasting ini sangat tidak disarankan untuk dilakukan oleh pemula dan dalam jangka waktu panjang. Sebab, dapat membuat kamu malnutrisi atau kekurangan gizi.

Baca juga: Olahraga Simpel untuk Si Pemalas: 7 Gerakan Ringan tapi Worth It

5. PARTIAL FASTING

Jenis puasa ini ramah untuk pemula, tapi tidak ramah bagi kamu yang memiliki kegemaran makan makanan tertentu yang dianggap sebagai penyebab kegemukan. Di antaranya: tidak mengonsumsi makanan manis, seperti permen atau minuman kekinian, tidak mengonsumsi makanan berlemak/berminyak, atau tidak mengonsumsi nasi dan menggantinya dengan jagung atau kentang.

Kamu bisa memilih salah satu atau menjalankan beberapa sekaligus dalam rentang waktu jangka panjang (satu bulan, tiga bulan, setahun, dll).

Baca juga:  5 Kebiasaan Kecil agar Terlihat Menarik Tanpa Disadari

6. ONE MEAL A DAY (OMAD)

Sesuai namanya, OMAD adalah metode puasa yang hanya memperbolehkan kamu untuk mengonsumsi satu makanan padat nutrisi, berkalori tinggi, dan bervolume tinggi sekali sehari. Kamu bisa memilih kapan kamu akan makan, tapi waktu terbaiknya adalah pada pukul 12 siang atau tengah hari.

Untuk mendapatkan hasil maksimal, kamu bisa menggabungkan metode ini dengan partial fasting, terutama makanan manis.

7. JUICE FASTING

Puasa ini bisa berpotensi menjadi jenis puasa favorit kamu yang suka dengan yang manis-manis. Sebab, kamu hanya diperbolehkan untuk minum jus buah atau sayuran dan minuman nol kalori tanpa boleh mengonsumsi makanan lain. Namun, jangan sekali-sekali mencoba puasa ini kalau kamu merupakan penderita diabetes, karena glukosa yang masuk ke dalam tubuh dapat mempengaruhi glukosa dalam darah.

Setelah mengenal berbagai jenis intermittent fasting, kamu bisa mulai memilih mana yang paling realistis dan aman buat dijalani. Jangan sampai kesalahan intermittent fasting membuat puasamu sia-sia. Kemudian, sebaiknya kamu nggak hanya mengandalkan IF saja. Untuk hasil yang lebih optimal, bisa kombinasikan dengan aktivitas fisik, seperti jalan kaki atau jogging. Aktivitas itu akan membantu menjaga metabolisme tetap aktif.

Tschüss!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top