Cantik, kata yang punya banyak makna dan standar sosial khusus. Makna cantik di Indonesia dibangun dari berbagai narasi yang hadir, seperti lewat tayangan televisi, iklan, serta anggapan yang melekat kuat di Masyarakat yang kemudian membentuk standar kecantikan.
Putih, tinggi, langsing jadi standar keharusan agar cantik bisa diklaim setiap perempuan. Seolah yang tingginya tidak ideal, kulitnya sawo matang, tidak berhak disebut cantik.
Bukankah segala bentuk fisik yang manusia terima pemberian Tuhan? Lantas mengapa kita yang sama-sama terbuat dari tanah sibuk menghakimi siapa yang berhak dan paling segalanya.
Standar Kecantikan Perempuan
Menurut KBBI, standar diartikan sebagai ukuran yang menjadi patokan. Sementara cantik diartikan elok dan indah. Berarti standar kecantikan ialah ukuran yang menjadi patokan keelokan dan keindahan baik itu rupa atau bentuk tubuh.
Ukuran ini subjektif, sehingga argumen atau anggapan standar kecantikan yang berkembang di masyarakat luas cenderung menekan perempuan untuk secara tidak langsung menuruti standar tersebut.
Tekanan tersebut ketika tidak dipenuhi berdampak pada terjadinya perundungan, bahan olok-olokan, munculnya rasa insecurity yang terjadi pada perempuan.
Hal ini didukung oleh pendapat dalam jurnal prosiding seminar nasional, dengan judul “Dampak Standar Kecantikan Bagi Perempuan Indonesia” yang mengatakan bahwa semakin banyak orang yang insecure dengan diri mereka sendiri. Perempuan merasa bahwa dirinya belum cukup cantik di mata orang lain dan kerap dipandang sebelah mata karena jauh dari standar kecantikan yang beredar di masyarakat.
Definisi Cantik dari Masa ke Masa
Seiring perkembangan zaman standar kecantikan perempuan Indonesia berubah. Dikutip dari Magdalene, pada masa kolonialisme Belanda (1900-1942), perempuan berkulit terang jadi gambaran cantik di Indonesia. Anggapan ini tak lepas dari terbitnya majalah-majalah kolonial di era tersebut yang mengiklankan produk kecantikan yang katanya bisa memutihkan kulit.
Sementara pada masa kolonial Jepang, kulit terang khas Asia jadi primadona. Lagi-lagi produk kecantikan sebagai alat promosi dan pengokohan simbol. Lewat produk bedak perempuan Jepang yang kulitnya terang khas Asia dengan anggun sedang berias cantik.
Pasca kemerdekaan, standar kecantikan perempuan Indonesia belum banyak berubah, kontes peragaan busana rata-rata memilih perempuan tinggi, putih, dan langsing untuk memamerkan busana-busana yang ada. Ternyata standar kecantikan sudah dibangun sejak dulu dan melekat kuat hingga saat ini. Mungkin dulu kiblatnya perempuan-perempuan Eropa atau Asia Timur, seiring berkembangnya teknologi perempuan dalam negeri yang katanya memenuhi standar seolah jadi simbol baru.
Dampak Negatifnya Terhadap Perempuan
Tingginya tekanan masyarakat, perasaan takut dianggap berbeda menghantui perempuan yang menurut masyarakat tak sesuai standar kecantikan. Keinginan untuk mengubah bentuk wajah lewat operasi tak jarang jadi opsi beberapa kalangan seperti artis atau model.
Tuntutan pekerjaan mengharuskan mereka selalu tampil cantik meski situasi belum mendukung misalnya baru saja melahirkan. Operasi tak seharusnya terjadi jika perempuan tak menerima banyak cacian atas bentuk wajahnya, ketika lingkungan seolah mengharuskan kemudian didukung dengan pendanaan yang cukup tindakan operasi dipilih sebagai solusi. Operasi juga dipilih untuk menutupi rasa insecurity yang kerap hadir akibat menuruti standar kecantikan yang beredar.
Sebuah penelitian yang dilakukan American Academy of Facial Plastik and Reconstructive Surgery, asosiasi ahli bedah plastik wajah terbesar di dunia, pada 2017 55 persen pasien perempuan mengatakan bahwa alasan mereka melakukan bedah plastik, karena ingin terlihat baik saat selfie atau foto lainnya. Ini menunjukkan validasi dari lingkungan masih dianggap perlu. Padahal bukankah diri kita sendiri yang punya kendali foto apa saja yang bebas kita unggah di instagram? Tak perlu mengikuti standar kecantikan yang beredar di masyarakat luas.
Tak hanya secara wajah yang diubah. Fisik yang dianggap tak ideal menuntut perempuan melakukan diet ekstrem. Diet tak apa asal sesuai prosedur dan jangan terlalu berlebih. Keinginan untuk tampil cantik ini tergiur oleh obat-obatan diet yang punya klaim dapat menurunkan berat badan dalam kurun waktu tertentu, akibatnya efek samping berlebih dirasakan seperti infeksi saluran pencernaan.
Bullying juga jadi dampak mengerikan lainnya dari standar kecantikan yang berkembang. Semakin masifnya media sosial dan ramainya postingan artis dan selebgram, ketika mereka secara fisik sedang ada pada kondisi yang tidak sesuai standar kecantikan yang berkembang, jari-jari jahatnya netizen membully, membandingkan dengan artis/selebgram lain serta memberikan solusi seolah paling tahu. Padahal yang luput dari pandangan kita semua ialah artis dan selebgram tersebut sama-sama manusia seperti kita yang kadang ada perasaan malas dan ingin tampil apa adanya.
Cara Melawan Standar Kecantikan Toxic
Perlawanan ini bisa dimulai dari diri sendiri. Mensyukuri segala bentuk rupa dan fisik pemberian Tuhan adalah salah satunya. Kita perlu menyadari bahwa setiap manusia yang lahir di muka bumi ini memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, misalnya secara fisik mungkin tingginya tak ideal namun ia pintar. Selain itu, makna cantik perlu digeser tak hanya rupa tapi juga otak dan adab. Perempuan yang mengejar pendidikan serta cita-citanya, perempuan yang bekerja dan mengupayakan segalanya untuk keluarganya juga berhak menyandang kata cantik. Jadi cantik tak melulu soal paras dan fisik sebagai simbol tolak ukur. Kamu hebat dengan standar kecantikanmu sendiri.
Cara lainnya dengan mendukung perempuan lain. Kita harus tahu, tak semua perempuan secara fisik dilahirkan sama lengkap. Terkadang Tuhan menyayangi mereka dengan memberikan bentuk paras dan fisik yang berbeda. Sesama perempuan sudah seharusnya kita mendukung dan merangkul, ruang aman wajib diberikan. Mereka juga berhak untuk ruang eksplorasi dan terbebas dari pandangan sinis dunia terhadapnya.
Lebih luas, penyanyi Yura Yunita dalam lagunya berjudul Tutur Batin seolah menyampaikan bahwa kita istimewa dengan kekurangan dan kelebihan yang ada. Dalam video klipnya ia mengajak perempuan dengan beragam latar belakang dan kondisi fisik yang berbeda untuk saling merangkul dan menerima.