Fransisca Puspitasari punya cara yang berbeda untuk menunjukkan kecintaannya pada dunia mikrobiologi. Tak hanya meneliti, ia juga berhasil meraih beasiswa Monbukagakusho (MEXT) dari pemerintah Jepang untuk program doktoral di Kobe University. Perjalanannya menuju kesuksesan ini penuh dengan lika-liku, termasuk kehilangan sang ayah yang menjadi sumber motivasinya.
KETIKA masih kecil, Fransisca sudah menunjukkan ketertarikan pada dunia sains. Ia tumbuh di Kota Kediri, Jawa Timur, dan sejak duduk di bangku sekolah, ia sering mengikuti lomba-lomba sains. Ketertarikannya pada mikrobiologi mulai terlihat saat ia memilih jurusan Biologi di Universitas Negeri Malang (UM). Di sana, ia tak hanya belajar teori, tetapi juga aktif dalam berbagai penelitian dan kegiatan laboratorium.
Setelah lulus S1, Fransisca melanjutkan studi magisternya di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) dengan fokus pada Mikrobiologi Medis dan lulus dengan predikat Cumlaude . Di tengah kesibukannya sebagai mahasiswa, ia juga bekerja sebagai asisten peneliti di Laboratorium Infeksi Penyakit Tropis UNAIR, khususnya di bidang HIV/AIDS. “Saya sangat tertarik dengan riset mikrobiologi molekuler khususnya virologi. Ini adalah passion saya,” ujarnya.
Namun, perjalanan hidup Fransisca tidak selalu mulus. Di tengah kesibukannya menyelesaikan studi magister, ia harus menghadapi cobaan berat saat ayahnya meninggal dunia. “Ayah adalah sosok yang sangat mendukung mimpi saya. Beberapa bulan sebelum beliau meninggal, saya meminta restunya untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Meski kehilangan beliau, saya bertekad untuk terus melanjutkan perjuangan ini hingga akhir,” kenangnya.
Dukungan dari dosen pembimbingnya membawa Fransisca pada kesempatan emas. Ia direkomendasikan untuk melanjutkan studi doktoral di Kobe University, Jepang, melalui program beasiswa MEXT. Setelah melalui proses seleksi yang ketat, termasuk wawancara dengan profesor di Kobe University, Fransisca akhirnya berhasil meraih beasiswa tersebut. “Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini. Ini adalah langkah besar untuk mewujudkan mimpi saya dan berkolaborasi riset dengan peneliti dari negara lain,” ujarnya.
Fokus Riset Hepatitis di Kobe University
Kini, di usia 25 tahun, Fransisca sedang menjalani tahun pertamanya sebagai mahasiswa doktoral di Division of Infectious Disease Control, Kobe University. Ia fokus pada penelitian mengenai terapi hepatitis yang mana saat ini WHO menargetkan bebas infeksi Hepatitis di tahun 2030. “Saya ingin berkontribusi riset dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kesehatan global. Saya berharap dengan didukung nya alat-alat laboratorium yang canggih riset saya dapat berkontribusi penuh pada target WHO yang dapat mengeliminasi Hepatitis 2030,” tambahnya.
Selain aktif di dunia akademik, Fransisca juga memiliki pengalaman kerja yang luas dan hobby yang seru yakni diving dan bermain keyboard. Ia pernah bekerja sebagai asisten peneliti di Laboratorium Dengue dan HIV/AIDS di UNAIR, serta tutor biologi untuk siswa SMA, selain itu Fransisca memiliki kemampuan berbisnis, Ia terampil dalam merias/make up seseorang dan Ia seorang CEO of boarding house di Kota Kediri. Ia juga terlibat dalam organisasi jaringan peneliti HIV/AIDS Indonesia, serta mengikuti berbagai konferensi internasional dan telah mempublikasikan beberapa penelitiannya di jurnal nasional dan terindeks Scopus.
Bagi Fransisca, perjalanannya meraih beasiswa MEXT adalah bukti bahwa kerja keras dan doa tidak akan mengkhianati hasil. “Untuk teman-teman yang sedang berjuang meraih beasiswa, jangan pernah menyerah. terus berusaha, belajar, minta restu orang tua, dan berdoa. Apa yang kamu tanam itu yang kamu tuai,” pesannya.
Detail Aktivitas dan Prestasi
Pendidikan:
– Doktoral, Divisi Penyakit Infeksi, Kobe University, Jepang (2024-2028) – Beasiswa MEXT.
– Magister Ilmu Kedokteran, Mikrobiologi Kedokteran, Universitas Airlangga (2022-2024) – IPK 3,84/4,00.
– Sarjana Biologi, Universitas Negeri Malang (2017-2021) – IPK 3,37/4,00.
Pengalaman Kerja:
– Asisten Peneliti di Laboratorium HIV/AIDS dan Dengue, UNAIR.
– Analis Laboratorium Medis
– Asisten dokter gigi
– Tutor Biologi untuk SMA.
– Staf Kemendagri
– CEO Grand Kusuma Boarding House, Kediri.
Publikasi:
– “Biofilm formation by polymicrobial combinations: interkingdom interaction of fungi (Candida albicans) with bacteria (Staphylococcus aureus, Enterococcus faecalis)” – Sedang dalam proses review di jurnal TJNPR Q3 terindeks Scopus.
– Beberapa penelitian lain tentang infeksi jamur dan TB pleuritis.
Keterampilan:
– Terampil dalam Teknik-teknik laboratorium
– Mahir menggunakan perangkat lunak bioinformatika seperti PyMOL, MEGA-X, DNA Baser, dll.
—
Dengan perjalanan hidup yang penuh inspirasi, Fransisca Puspitasari membuktikan bahwa mimpi bisa diraih dengan kerja keras, tekad, dan dukungan dari orang-orang terdekat. Semoga kisahnya bisa memotivasi banyak orang untuk terus berjuang meraih cita-cita! 😊