Tarif Impor Donald Trump Bikin Industri Fashion Goyah, Kenapa?

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan kebijakan baru mengenai tarif impor barang ke AS pada Rabu (2/4) kepada lebih dari 180 negara. Keputusannya menuai pro kontra hingga membuat pasar dagang goyah, salah satunya industri fashion.

Indonesia menjadi negara yang masuk dalam daftar. Barang dari Indonesia yang masuk ke AS dikenakan tarif dasar dan bea masuk sebesar 32%.

Usut punya usut, tarif ini disebut sebagai ‘timbal balik’ atas tarif yang diberlakukan Indonesia terhadap barang dari AS, yang diklaim mencapai 64%.

Melalui kenaikkan tarif impor Amerika Serikat, Presiden ke-47 itu mengatakan akan memperkuat industri dalam negeri AS dan melindungi produk lokalnya dari barang impor. 

“Negara kami dan para pembayar pajaknya telah ditipu selama lima puluh tahun, tetapi hal ini tidak akan terjadi lagi,” kata Trump dalam keterangan Instagram Gedung Putih @whitehouse pada Kamis (3/4). 

Namun kebijakan Trump menuai protes, termasuk dari para pengusaha di industri fashion, bahkan dari masyarakat Paman Sam itu sendiri.

“Kami sangat kecewa dengan keputusan Pemerintahan Trump untuk memberlakukan tarif baru pada semua impor,” dalam pernyataan United States Fashion Industry Association (Asosiasi Industri Fashion Amerika Serikat) dikutip dari CNN.com. Menurut asosiasi ini, tindakan Trump akan memengaruhi merek dan pengecer mode di Amerika.

Saham Brand Fashion Anjlok

Setelah kebijakan tarif impor barang ke AS diumumkan, beberapa saham brand fashion dunia langsung anjlok.

Seperti brand pakaian olahraga Lululemon anjlok lebih dari 10%, Nike anjlok 7%, Tapestry, Capri, dan PVH Corp anjlok sekitar 5%. Sementara itu, merek fesyen AS seperti Ralph Lauren anjlok 7%.

Anjlokan saham dari beberapa brand tersebut dinilai melampaui penurunan hampir 4% pada saham berjangka S&P 500.

Baca juga:  Inspirasi Wedding Look Amanda Rawles yang Simple nan Elegan

Para ekonom juga memperingatkan bahwa tarif impor Amerika Serikat dapat menyebabkan resesi global, seperti akan naiknya harga konsumen untuk produk, pakaian, elektronik, mobil, dan barang lainnya.

Pengaruh tarif impor Amerika Serikat pada industri fashion/Freepik

Negara Pemasok Brand Fashion Dunia

Media dari Inggris, The Guardian, dalam laporannya yang berjudul “It could set the industry back 50 years: fashion braces for impact of Trump tariffs”  pada Sabtu (5/4) menuliskan beberapa negara yang terkena tarif impor AS hingga dampaknya ke industri fashion.

Seperti China, menghadapi bea masuk 54%, yang merupakan tempat brand Prada hingga Zara melakukan outsourcing produksi. Kemudian Vietnam akan dikenakan bea masuk 46%, yang merupakan tempat lebih dari separuh alas kaki Nike yang diproduksi tahun lalu.

Adapun Pakistan, produsen utama barang-barang denim, akan dikenakan bea masuk 29%. Bangladesh, tempat manufaktur garmen yang menghasilkan hingga 80% dari total ekspornya, akan dikenakan pungutan 37%.

Sementara itu Uni Eropa, yang menyumbang setidaknya 70% dari pasar barang mewah global, akan dikenakan bea masuk 20%.

Pembuatan Produk Fashion Tidak hanya di Satu Negara

Kepala eksekutif Tomorrow, Stefano Martinetto, menggambarkan situasi dari tarif impor yang diputuskan Donald Trump sangat kompleks.

Menurutnya, merek-merek kesulitan menilai dampaknya dan tidak jelas kewajiban apa yang berlaku untuk produk jadi.

“Produk tidak dibuat di satu tempat,” kata Martinetto dikutip dari The Guardian.

Tomorrow sendiri merupakan platform pengembangan merek fesyen yang telah melakukan investasi utama pada brand Paris, Coperni dan desainer Inggris Martine Rose.

“Anda bisa memiliki kain yang berasal dari Italia. Elemen lain berasal dari Tiongkok. Sesuatu yang lain dari Korea. Dan kemudian semuanya bisa dirakit di Turki,” ungkap Martinetto.

Baca juga:  Tas Lokal Indonesia yang Mewah dan Stylish: 6 Brand Pilihan yang Wajib Kamu Coba

Pemerintah Indonesia sendiri memilih jalur negosiasi dalam merespons kebijakan tarif impor Amerika Serikat.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam wawancaranya baru-baru ini mengatakan Indonesia lebih mengedepankan pendekatan diplomatik untuk mencari solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.

Strategi ini berbeda dari beberapa negara lain yang kini memberlakukan tarif balasan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top