Perempuan berlogika dan berjiwa pemimpin.

Perempuan Berlogika: Mendobrak Stereotip Gender di Indonesia

Perkembangan kesadaran gender di era sekarang, membawa gelombang baru yaitu perempuan berlogika yang berani menggunakan akal dan data untuk menantang stereotip tradisional. Di Indonesia sendiri, kesadaran ini juga menggeliat dan perkembangannya cukup pesat. Kehadiran perempuan yang mulai berpikir logis,kerap dipandang sebagai ancaman terhadap struktur patriarki yang selama berabad-abad menempatkan laki-laki sebagai otoritas tunggal. Namun, apakah wajar apabila gaya berpikir kritis ini dianggap membahayakan norma budaya? Atau, justru dengan banyaknya perempuan logis, sesungguhnya membuka peluang kesetaraan, bukan sekadar merontokkan patriarki.

Perempuan Berlogika Membingkai Kembali Peran Gender

Perempuan berlogika bisa menjadi sebuah komunitas suportif
Created by Image Creator by Leonardo AI

Selama berabad-abad, perempuan dianggap cenderung emosional dan lemah dalam berpikir analitis. Sementara itu, kaum laki-laki diklaim “lebih unggul” dalam hal kepemimpinan dan problem solving. Akan tetapi, Dr. Eugenia Cheng menegaskan bahwa argumen bias gender dapat dibongkar melalui logika dan Matematika, sehingga klaim bahwa laki-laki lebih unggul menjadi tidak relevan karena kebenaran diuji berdasarkan data, bukan gender semata. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan berlogika membingkai kembali peran gender menjadi lebih luas. Sebagai bukti nyata, kita dapat melihat betapa banyaknya tokoh perempuan yang bisa menjadi pemimpin yang luar biasa bahkan lebih hebat dibandingkan laki-laki. Meskipun, pada kenyataannya, di berbagai belahan dunia dan budaya, yang masih menganut patriarki, pengakuan terhadap kemampuan perempuan tidak selalu mudah didapatkan.

Perempuan Berlogika Mematahkan stereotip Gender

Saat perempuan mengedepankan logika untuk memperjuangkan kesetaraan di tempat kerja dan kehidupan sehari-hari, mereka sebenarnya memicu perubahan besar dalam sistem. Dalam banyak aspek, stereotip gender yang sudah terbentuk sekian lama bahkan diperkuat oleh norma budaya, menciptakan pola pikir masyarakat sering mengkotak-kotakkan perempuan. Sehingga muncul anggapan yang dianggap umum, seperti: perempuan tegas akan dianggap sebagai pribadi yang garang, perempuan lembut, akan dianggap kurang cakap. Padahal, perempuan berlogika, justru bisa menunjukkan bahwa, kesuksesan dalam memimpin itu soal keahlian dan kemampuan, bukan soal apakah seseorang laki-laki atau perempuan. 

Baca juga:  Working Mom vs Fulltime Mom: Kegiatan Perempuan Mana yang Terbaik Meluangkan Waktu Keluarga

Perempuan Berlogika dan Resistensi Patriarki

Kesadaran gender yang berkembang pesat di kalangan kaum perempuan, tentunya bukan tanpa tantangan dan halangan. Munculnya kesadaran berpikir dan banyaknya perempuan berlogika dalam masyarakat dan memiliki peran penting, memunculkan resistensi patriarki. Beberapa contoh resistensi yang sering muncul, seperti: mikroagresi, diskriminasi struktural, hingga eksklusi profesional. Namun, perempuan logis cenderung mengumpulkan bukti empiris, untuk memproduksi argumen yang logis dan rasional sehingga cenderung sulit dibantah. Strategi ini mengubah debat dari adu opini menjadi adu fakta.

Menurut laporan Global Gender Gap Report 2024, Indonesia masih menempati peringkat ke-100 dari 146 negara dalam hal kesetaraan gender. Ini menunjukkan bahwa tingkat kesetaraan gender di negara ini, masih jauh di bawah rata-rata global. Budaya patriarki di Indonesia memosisikan laki-laki sebagai kepala keluarga dan otoritas utama di ranah publik. Ketika perempuan mulai menyuarakan argumen berbasis bukti untuk mendesak quota politik dan kebijakan pro-gender, mereka dianggap “mengganggu keseimbangan” struktur kekuasaan tradisional. Padahal tindakan ini merupakan langkah penting menuju inklusivitas yang lebih adil.

Dalam perkembangannya, munculnya peran dan kontribusi penting dalam struktur sosial oleh perempuan berlogika, masih menjadi argumen panjang. Akan tetapi, juga mendorong kemungkinan terciptanya kesetaraan yang berkelanjutan dan katalisator perubahan, sangat besar. Ini sangat penting untuk menjadi sebuah fondasi dalam menuju kesetaraan setiap kaum dan menjaga hak-hak asasi manusia. Munculnya banyak perempuan berlogika, seharusnya dipandang dengan bijak dan netral. Mereka seharusnya bukan menjadi ancaman, melainkan peluang mendasar bagi masyarakat yang lebih adil dan rasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top