Mengenal SK Trimurti: Pengibar Bendera Pertama RI hingga Jadi Menteri

Tahun 2025 menandai 80 tahun Indonesia merdeka. Dalam sejarah, tentu ada tokoh perempuan Indonesia yang berjasa dalam proklamasi Indonesia. Kali ini kita akan membahas tentang SK Trimurti. Apakah Beauties tahu SK Trimurti?

Pada proklamasi kemerdekaan Indonesia, SK Trimurti menjadi salah satu pengibar bendera Sang Saka Merah Putih. Namun bukan hanya itu, dia adalah perempuan intelektual hebat yang perjuangannya layak dijadikan panutan. Mari kita kenal lebih jauh tentang SK Trimurti.

Perjalanan Hidup SK Trimurti

SK Trimurti, begitu biasa kita mengenalnya di pelajaran sejarah, sebenarnya bukanlah nama asli. Kepanjangan SK Trimurti adalah Surastri Karma Trimurti yang merupakan gabungan dari nama lahir dan samaran. Terlahir dengan nama Surastri, dia kerap menggunakan nama samaran Karma atau Trimurti untuk menghindari penangkapan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Lahir di Boyolali, 11 Mei 1912, SK Trimurti adalah keturunan keraton Surakarta. Dia bersekolah di AMS Surakarta dan kemudian menempuh studinya di Jurusan Ekonomi, Universitas Indonesia.

Suami SK Trimurti adalah Sayuti Melik. Salah satu tokoh yang tak kalah penting dalam proses persiapan proklamasi Indonesia. Sayuti Melik saat itu menyiapkan teks asli proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pasca kemerdekaan, keduanya bercerai karena perbedaan ideologis.

Dalam pernikahannya, SK Trimurti dikaruniai dua putra, salah satunya dilahirkan saat ia di bawah tahanan Belanda. SK Trimurti meninggal pada 20 Mei 2008 silam di Jakarta dan dimakamkan di TMP Kalibata.

SK Trimurti, Sayuti Melik, dan kedua putranya

SK Trimurti, Sang Jurnalis yang Tak Gentar

Pada awalnya, sebagai lulusan sekolah guru SK Trimurti memulai pekerjaan sebagai guru sekolah dasar di Bandung, Surakarta, dan Banyumas pada tahun 1930-an. Sikapnya yang anti-kolonial membuatnya tertarik untuk aktif di organisasi Partindo.

Baca juga:  Anggun dengan Kebaya, Yuk Intip Outfit Nagita Slavina di Hari Kemerdekaan

SK Trimurti dan suami membuat pamflet anti kapitalisme, kolonialisme dan imperialisme, yang menyebabkan dia ditangkap di tahun 1936 oleh pemerintah kolonial Belanda. Setelah bebas dari penjara, SK Trimurti beralih pekerjaan menjadi jurnalis yang sangat kritis terhadap kolonialisme. Pada titik inilah dia kerap menggunakan nama samaran pada tulisan-tulisannya untuk menghindari penangkapan.

Atas saran Soekarno, SK Trimurti membuat tulisan mengenai riwayat penjajahan Belanda yang diterbitkan di majalah Fikiran Rakjat. Tulisan tersebut membuat majalah Fikiran Rakjat dilarang terbit dan Soekarno pun ditangkap. Hal ini lantas membuat SK Trimurti ragu akan tulisannya sendiri, akan tetapi dia menulis dalam memoarnya, 95 Tahun SK Trimurti Pejuang Indonesia:

 

“Aku ingat ketika aku belajar mengetik semalam suntuk di Banyumas setahun yang lalu. Jika dulu aku dapat memaksakan diriku, mengapa sekarang tidak?”

 

SK Trimurti tetap termotivasi untuk mengasah kemampuan menulis, tak gentar meskipun harus berhadapan dengan penjajah yang kejam.

Perjuangannya terus berlanjut. Dia pernah menjadi Sekretaris Redaksi surat kabar Sinar Selatan, yang menerbitkan tulisan anonim Sayuti Melik berisi ajakan agar rakyat Indonesia tidak usah ikut membela Belanda maupun Jepang.

SK Trimurti mengaku bahwa menjadi penulis artikel tersebut agar risiko yang ditanggung Sayuti Melik tidak terlalu besar. Saat itu, hukuman yang ditanggung penulis wanita relatif ringan. SK Trimurti pun ditangkap pada akhir tahun 1939.

 

SK Trimurti pada Pekan Buku Indonesia, 1954

SK Trimurti Pasca Merdeka, Pejuang Hak Buruh dan Wanita

Pada tahun 1947-1948, SK Trimurti diangkat menjadi Menteri Buruh di bawah kabinet Amir Sjarifuddin. SK Trimurti memiliki pandangan bahwa kaum buruh adalah efek samping dari kapitalisme dan penindasan ekonomi.

SK Trimurti juga memiliki idealisme bahwa kemakmuran ekonomi hanya dapat dicapai jika kekuatan ekonomi berada di tangan rakyat sebagai pemilik kekuasaan tertinggi. Menurutnya, kewajiban pemerintah dalam hal ekonomi adalah sebagai pengatur (regulasi) dan pembagi (distribusi).

Baca juga:  3 Penemuan Penting Buatan Perempuan yang Mengubah Dunia, Keren!

Dia juga bekerja keras untuk menyuarakan suara perempuan di bidang politik dan perjuangan. Tulisannya dalam memoar menekankan bahwa kemakmuran perempuan bukan hanya milik raden ayu dan nyai, namun juga mbok-mbok di pasar, sawah dan pinggir jalan. Baginya, kemerdekaan ekonomi dan hak-hak wanita menjadi inti dari perjuangan pasca kemerdekaan. Dia juga berperan mendirikan Gerwis (Gerakan Wanita Istri Sedar), yang kemudian menjadi Gerwani.

 

SK Trimurti di usia senja

Begitulah  kisah perempuan hebat dari masa kemerdekaan yang patut menjadi tuntunan. Semoga kisah SK Trimurti juga bisa menjadi motivasi dalam menjalani perjuangan keseharianmu. Salam merdeka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top