Suriname mencatat sejarah baru dengan terpilihnya Jennifer Simons sebagai presiden perempuan pertama negara itu. Dokter sekaligus politikus berusia 71 tahun ini terpilih melalui voting parlemen pada 6 Juli 2025, menggantikan Chandrikapersad Santokhi yang tidak mencalonkan diri kembali.
Jenny, panggilan akrab Jennifer Simons, memimpin Partai Demokrat Nasional (NDP) yang berhasil meraih 18 dari 51 kursi parlemen dalam pemilu Mei lalu. Dengan dukungan lima fraksi kecil lainnya, koalisi yang dipimpinnya menguasai 34 kursi. “Saya ada dalam posisi ini untuk melayani,” ujar Jenny dalam pidato singkat setelah terpilih.
Mantan presiden parlemen ini akan menghadapi tantangan besar selama masa kepresidenannya. Suriname, negara terkecil di Amerika Selatan dengan populasi 600.000 jiwa, sedang berjuang melawan kemiskinan di tengah potensi kekayaan minyak yang melimpah. Sekitar 20% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, sementara inflasi pernah mencapai lebih dari 60%.
Penemuan cadangan minyak lepas pantai pada 2020 menjadi harapan baru bagi perekonomian Suriname. TotalEnergies dari Prancis dan Petronas dari Malaysia sudah beroperasi di ladang minyak tersebut. Produksi diperkirakan akan melonjak dari 6.000 barel per hari menjadi 220.000 barel per hari pada 2028.
Jenny mewarisi janji pemerintahan sebelumnya untuk mendistribusikan keuntungan minyak kepada warga. Mantan Presiden Santokhi pernah berencana memberikan $750 per warga melalui rekening tabungan dengan bunga 7% per tahun. Namun, Jenny belum mengungkapkan strategi konkretnya menghadapi potensi “kutukan minyak” yang sering menimpa negara kaya sumber daya.
Latar belakang Jenny sebagai dokter dan politikus kawakan diharapkan bisa membawa perubahan. Dia pertama kali terjun ke politik pada 1996 sebagai perwakilan Paramaribo, ibu kota Suriname. Selama ini, Jenny dikenal dekat dengan mantan pemimpin kudeta Desiré Bouterse yang mendirikan NDP.
Hubungan ini menjadi bahan kritik karena Jenny pernah membantu meloloskan undang-undang amnesti yang menguntungkan Bouterse. Mantan diktator yang dihukum 20 tahun penjara itu meninggal sebagai buronan pada 2024.
Jenny dijadwalkan dilantik pada 16 Juli 2025 untuk masa jabatan hingga 2030. Tantangan utamanya adalah mengelola pendapatan minyak yang diperkirakan mencapai $10 miliar dalam 10-20 tahun mendatang, sekaligus memperbaiki ekonomi negara yang selama ini bergantung pada pertambangan dan pertanian.
Suriname yang merayakan 50 tahun kemerdekaan dari Belanda tahun ini, kini menaruh harapan pada kepemimpinan perempuan pertamanya. “Saya akan menggunakan semua pengetahuan dan kekuatan untuk menjadikan kekayaan ini bermanfaat bagi seluruh rakyat,” janji Jenny.