Di tengah budaya hustle atau tekanan hidup yang makin melelahkan, muncul sebuah tren self-care bernama bed rotting. Istilah ini ramai di media sosial dan banyak menarik perhatian, terutama dari kalangan Gen Z. Tapi apa sebenarnya makna di balik tren rebahan ini? Apakah sekadar malas-malasan atau justru bentuk self-care yang baik bagi kesehatan mental?
Apa Itu Bed Rotting?
Secara sederhana, istilah ini merujuk pada kebiasaan menghabiskan waktu berjam-jam di tempat tidur tanpa melakukan hal yang produktif. Aktivitasnya bisa berupa menonton film, bermain media sosial, atau hanya berbaring diam. Meski terdengar pasif, banyak orang memanfaatkan waktu ini sebagai cara untuk mengisi ulang energi setelah lelah menghadapi rutinitas yang padat.
Bagi sebagian orang, ini adalah bentuk istirahat yang memberikan ruang aman dari tekanan untuk terus produktif. Waktu rebahan total ini kerap dipilih ketika seseorang merasa kelelahan secara mental maupun fisik akibat ekspektasi hidup yang tinggi.
Manfaat Bed Rotting
Jika dilakukan secara sadar dan dalam batas wajar tentunya memiliki beberapa manfaat positif, seperti:
- Mengurangi stres dan overthinking
- Menenangkan pikiran yang lelah
- Membantu pemulihan mental
- Memberikan waktu untuk refleksi diri
Tren ini bahkan dipandang sebagai bentuk mindfulness pasif, di mana seseorang benar-benar membiarkan tubuh dan pikiran beristirahat tanpa tuntutan apa pun.
Risiko Jika Berlebihan
Meski menenangkan, kebiasaan ini juga bisa berdampak negatif jika dilakukan terlalu sering. Berikut beberapa risiko yang mungkin muncul:
- Kehilangan motivasi untuk beraktivitas
- Masalah fisik seperti nyeri punggung atau leher
- Tanda awal depresi atau gangguan mood lainnya
Waktu santai ini yang awalnya bertujuan meredakan stres bisa berubah menjadi bentuk penghindaran dari kenyataan hidup jika tidak disikapi secara bijak.
Tips Sehat Menjalani Bed Rotting
Agar tetap menjadi kebiasaan sehat, berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:
- Buat batas waktu yang jelas, misalnya maksimal 1-2 jam dan usahakan tidak dilakukan terus-menerus dalam beberapa hari.
- Gunakan untuk recharge energy, bukan melarikan diri. Sadari tujuan awal: menenangkan diri, bukan menghindar dari kenyataan.
- Seimbangkan dengan aktivitas aktif, seperti olahraga ringan.
- Journaling untuk memahami perasaan atau emosi yang dialami sekaligus sebagai refleksi diri.
- Kenali sinyal tubuh dan emosi, jangan abaikan jika merasa berubah menjadi isolasi diri.
Bersantai seharian bisa menjadi salah satu bentuk self-care yang menyenangkan, asalkan dilakukan secara terkontrol. Kuncinya adalah keseimbangan antara istirahat dan aktivitas. Dengan pemahaman yang tepat, waktu santai di atas kasur bisa menjadi momen pemulihan, bukan pelarian.
Ingat, merawat diri bukan berarti menghindari kehidupan, melainkan mempersiapkan diri untuk menjalaninya dengan lebih sehat dan kuat. Luangkan waktu untuk beristirahat, namun jangan lupa kembali bangkit dan bergerak maju.