Medan mencatat sejarah kecil yang penuh makna. Puluhan perempuan yang tergabung dalam Women’s March Medan turun ke jalan untuk menggelar aksi tabur bunga dan do’a bersama pada Sabtu, 6 September 2025. Aksi ini ditujukan sebagai bentuk duka dan solidaritas atas korban yang gugur dalam gelombang unjuk rasa nasional beberapa waktu lalu.
Suara Duka yang Berubah Jadi Simbol Perlawanan
Tabur bunga biasanya identik dengan suasana pemakaman. Namun, di tangan para perempuan ini, bunga menjadi simbol yang lebih luas, menjadi ungkapan belasungkawa sekaligus perlawanan terhadap ketidakadilan. Mereka menaburkan bunga bukan hanya untuk mengenang, tetapi juga untuk menegaskan bahwa setiap nyawa yang hilang adalah alarm bagi bangsa. Bahwa setiap duka punya suara.
Cuplikan momen aksi ini dapat dilihat dalam postingan Instagram @womansmarchmedan. Peserta mengenakan pakaian pink dan hijau sebagai dresscode, bentuk penyampaian solidaritas dan tanda duka. Di tengah besarnya Kota Medan, mereka berdiri tegak, menyanyikan lagu-lagu perjuangan, dan menyerukan pesan agar negara lebih serius melindungi hak-hak warganya. Membawa poster-poster bertuliskan hak dan keadilan yang mereka tuntut atas duka yang mereka rasakan.
Perempuan dan Perlawanan yang Damai
Kehadiran perempuan dalam aksi protes sering kali membawa energi yang berbeda. Perempuan yang berani tidak maju dengan kekerasan, melainkan dengan kelembutan yang kuat. Aksi tabur bunga ini adalah contoh nyata: sederhana, damai, tapi penuh makna.
Women’s March Medan menegaskan bahwa suara perempuan bukan hanya soal kesetaraan gender, tetapi juga kepedulian terhadap isu kemanusiaan. Nyawa manusia bukanlah alat yang digunakan untuk demokrasi semata, tidak juga untuk dimainkan politik negara. Kehilangan 10 nyawa dalam unjuk rasa bukanlah angka statistik belaka, melainkan tragedi yang harus terus diingat agar tidak lagi ada.
Pesan Solidaritas untuk Indonesia
Solidaritas adalah kata kunci dalam aksi ini. Para perempuan yang hadir menyampaikan bahwa tabur bunga bukan sekadar simbol, tetapi ajakan agar masyarakat Indonesia tetap bersatu. Melawan penguasa memang bukan hal yang bisa dilakukan tanpa tekad luar biasa. Namun, menyatukan kekuatan yang kita punya merupakan anugerah yang tak biasa. Mereka mengingatkan bahwa perbedaan pandangan politik tidak seharusnya berujung pada hilangnya nyawa.
Aksi Women’s March Medan dengan tabur bunga untuk korban unjuk rasa adalah pengingat bahwa perempuan memiliki peran penting dalam menjaga suara kemanusiaan tetap hidup. Mereka membawa pesan duka yang lembut namun tegas: setiap nyawa berharga, dan setiap kehilangan harus diingat sebagai alasan untuk memperjuangkan keadilan.
Di tengah situasi politik yang penuh ketegangan, langkah damai ini menjadi oase. Bukti bahwa perlawanan bisa hadir dalam bentuk sederhana, tapi tetap mampu mengetuk hati banyak orang.
Beauties! Mari tetap berjuang menyuarakan keadilan, jangan bungkam dan tutup mata karena dunia butuh kita!
View this post on Instagram