Fenomena fast fashion telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup perempuan modern. Setiap minggu, godaan untuk membeli pakaian baru yang sedang tren di media sosial terasa sulit dihindari. Namun, di balik kemudahan dan harga murah fast fashion, tersembunyi dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan dan etika produksi. Lantas, apa sebenarnya fast fashion itu dan mengapa ia bisa memiliki dampak sebesar ini? Mari kita telaah lebih lanjut. Inilah saatnya bagi perempuan untuk mengambil langkah sadar dan beralih ke belanja lebih bijak demi masa depan yang lebih berkelanjutan.
Apa Itu Fast Fashion dan Kenapa Kita Perlu Peduli?
Fast fashion adalah sistem produksi pakaian massal yang bergerak sangat cepat untuk mengejar tren sesaat. Brand seperti H&M, Shein, dan Zara sering disebut sebagai pionir industri ini. Pakaian yang baru saja muncul di runway atau dikenakan influencer hari ini, bisa dengan mudah kita temukan di toko dalam waktu singkat.
Kemudahannya memang memikat, tetapi proses di baliknya seringkali luput dari perhatian kita. Mulai dari penggunaan sumber daya alam yang berlebihan, limbah tekstil yang menggunung, hingga kondisi kerja para buruh yang memprihatinkan.
Perempuan dan Lingkaran Fast Fashion: Sebuah Hubungan yang Rumit
Bukan menjadi rahasia lagi kalau perempuan sering kali menjadi target utama industri fashion. Tekanan untuk selalu tampil modis, up-to-date, dan “selalu on point” semakin kuat dengan hadirnya media sosial. Feed kita dipenuhi dengan Outfit of The Day (OOTD), video haul belanja, atau challenge berpakaian stylish selama seminggu.
Tak jarang, kita membeli pakaian bukan karena kebutuhan, melainkan karena takut ketinggalan tren atau terpengaruh fear of missing out (FOMO). Sialnya, pakaian-pakaian ini seringkali hanya dipakai beberapa kali sebelum akhirnya terlupakan di sudut lemari.
Dampak Nyata Fast Fashion yang Perlu Kita Sadari
1. Lingkungan yang Terancam
Produksi fast fashion memberikan tekanan besar pada lingkungan. Sistem produksi massal dengan siklus yang sangat cepat untuk mengejar tren ini, sebagaimana diungkapkan oleh antaranews.com, memiliki konsekuensi serius.
Bayangkan, untuk membuat satu kaos katun saja dibutuhkan ribuan liter air, setara dengan konsumsi air minum seseorang selama 2,5 tahun. Belum lagi masalah polusi air dan tanah akibat pewarnaan tekstil yang berbahaya, serta emisi karbon dari transportasi pakaian dalam skala global. Tumpukan limbah tekstil di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) juga menjadi persoalan serius yang perlu kita perhatikan.
2. Kesejahteraan Pekerja yang Terabaikan
Mayoritas pekerja di industri ini adalah perempuan muda berusia 18-24 tahun yang seringkali bekerja dalam kondisi kurang manusiawi dengan upah yang sangat rendah. Di Bangladesh, misalnya, pekerja garmen hanya menerima upah sekitar Rp1,7 juta per bulan—jauh dari layak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Harga murah yang kita bayar untuk sehelai pakaian sebenarnya berdampak pada kesejahteraan mereka.
Sebuah investigasi di Inggris pada tahun 2020 mengungkap praktik eksploitasi di pabrik yang memproduksi pakaian untuk merek fast fashion ternama. Pekerjanya menerima bayaran sangat rendah, bekerja melebihi jam kerja legal, dan berada dalam kondisi kerja yang jauh dari layak.
3. Kesehatan Mental yang Tergerus
Siklus tren yang begitu cepat membuat kita merasa tidak pernah cukup. Pakaian yang dianggap stylish hari ini, bisa jadi dianggap ketinggalan zaman esok harinya. Hal ini dapat memicu perasaan cemas, tidak percaya diri, dan bahkan memengaruhi kesehatan mental.
Solusi Belanja Bijak dan Berkelanjutan
Lalu, apa saja solusi yang bisa kita terapkan untuk keluar dari lingkaran fast fashion? Inilah saatnya bagi perempuan, untuk mengubah perspektif dan mengadopsi kebiasaan belanja yang lebih bijak dan berkelanjutan, seperti langkah-langkah berikut:
1. Pilih Slow Fashion
Slow fashion merupakan kebalikan dari fast fashion. Fokusnya pada kualitas, keberlanjutan, dan keunikan produk bukan kuantitas. Kamu bisa memilih pakaian dari bahan yang ramah lingkungan. Investasikan pada pakaian berkualitas baik yang tahan lama, meskipun harganya mungkin sedikit lebih tinggi. Pikirkan sebagai investasi jangka panjang untuk gaya kamu.
2. Belanja Berdasarkan Kebutuhan, Bukan Keinginan Sesaat
Tahan diri dari godaan diskon besar atau tren viral. Sebelum membeli, tanyakan pada diri sendiri, “Apakah aku benar-benar membutuhkan ini?” atau “Apakah aku akan sering memakainya?”.
3. Jelajahi Keindahan Preloved Fashion
Thrifting alias belanja barang bekas kini semakin berkembang dan menawarkan berbagai pilihan pakaian unik dan berkualitas dengan harga terjangkau. Selain itu, membeli pakaian bekas adalah langkah nyata untuk mengurangi limbah tekstil. Kamu bisa menemukan banyak pakaian berkualitas dengan harga miring di toko barang bekas (thrift shop) atau platfrom online.
3. Dukung Brand Lokal yang Beretika
Banyak merek lokal di Indonesia yang mulai mengedepankan praktik produksi yang etis dan ramah lingkungan. Cari tahu cerita di balik pakaian yang kamu beli dan dukung inisiatif yang postif. Beberapa contoh yang bisa kamu eksplor yaitu SukkhaCitta, Sejauh Mata Memandang, dan Pijak Bumi.
4. Ciptakan Capsule Wardrobe
Bangun koleksi pakaian basic yang mudah dipadu padankan. Dengan memiliki beberapa item kunci yang serbaguna, kamu bisa menciptakan berbagai tampilan tanpa perlu terus-menerus membeli pakaian baru.
Tren capsule wardrobe membantu kita menjalani hidup lebih efisien dan sadar dalam memilih pakaian. Dengan jumlah outfit yang terbatas, kita jadi lebih kreatif dalam mix and match sekaligus mengurangi ketergantungan pada fast fashion. Isi lemari pun hanya berisi pakaian esensial untuk keseharian, yang tahan lama dan berkualitas.
5. Rawat Pakaian dengan Baik
Rawat pakaian dengan baik agar awet lebih lama—mulai dari mencuci dengan tepat hingga menyimpannya secara rapi. Jika rusak, usahakan untuk memperbaikinya terlebih dahulu. Langkah kecil ini bukan hanya menghemat, tapi juga membantu mengurangi limbah tekstil yang sulit terurai.
6. Jadilah Konsumen yang Kritis
Sebelum membeli, coba cari tahu lebih banyak tentang merek dan produk yang kamu minati. Pertanyakan transparansi rantai pasokan dan praktik keberlanjutan mereka. Kenali juga komunitas atau inisiatif lokal yang mendukung gerakan sustainable fashion di Indonesia.
Meski fast fashion memberikan kenyamanan dan harga terjangkau, sebagai perempuan yang peduli pada keberlangsungan bumi dan kesejahteraan sesama, kita punya peran penting untuk membuat pilihan yang lebih bijaksana. Berbelanja lebih bijak bukan sekadar memilih pakaian yang awet, tapi juga soal berkontribusi terhadap lingkungan dan mendukung praktik etis dalam industri fashion.
Dengan mulai mengurangi ketergantungan pada fast fashion dan beralih ke pilihan gaya yang lebih berkelanjutan, kita tidak hanya membangun pola hidup yang lebih sehat dan penuh makna, tapi juga berkontribusi dalam menjaga kelestarian bumi. Menjadi perempuan yang bahagia dan berdaya tak selalu berarti harus mengikuti tren yang terus berubah. Gaya sejati adalah ketika kita bisa memilih dan mengenakan pakaian dengan kesadaran dan tujuan. Untuk memperluas wawasan, kamu bisa membaca data terbaru mengenai konsumsi tekstil di Indonesia melalui artikel di CNBC Indonesia. Di sana dijelaskan bahwa tren konsumen mulai bergeser ke arah fashion preloved dan sustainable fashion, menandakan adanya peningkatan kesadaran terhadap dampak industri fashion.